Wednesday 19 November 2008

cerita dari negeri pasai

akhirnya aku sampai di negeri serambi mekah Indonesia ini
lelah....perjalanan dari Jakarta, trus ke Medan, trus nginap di Lokhsumawe dan besoknya ke banda Aceh membuatku lelah sekali.
Ekspektasiku di awal memang sudah buruk. Aku harus melakukan perjalanan panjang ini untuk sebuah pekerjaan dari kantor. Membayangkan di awal sudah males...Apalagi menjalaninya...

Tapi, memang kekuatan yang tak terduga berasal dari Causa Prima. Hari demi hari, walaupun lelah tapi harus kujalani. Belum lagi buku Purpose Driven Life (kirain dah ga update, tapi waktu di bandara ada juga dengan semangatnya masih memegang buku ini...padahal khan udah lama...hehehe (sok banget neh gww)). Buku ini mengingatkanku untuk tetap harus bersemangat dalam bekerja.

Salah satu bagian kita dalam melakukan sesuatu dengan tujuan adalah dengan melakukan setiap pekerjaan kita dengan bersemangat dan senyum. Mencoba membuat Allah tersenyum melalui pekerjaanku, itu yang aku dapatkan selama di Aceh.

Selain menikmati kopi Ulee Kareng dan kuliner-kuliner aneh lainnya (yang pasti ga pake ganja...hehehe) aku juga menikmati akhir-akhir mo pulang ke Jakarta. Soalnya harus transit di Medan selama 1 jam. "Oh, nikmatinya...", kata hatiku sambil mengambil foto-foto bandara Polonia.

Monday 10 November 2008

hari "syukur" dan "

hari ini aku belum berbuat apa-apa di salah satu hari bersejarah buat negeriku ini
hari ini hari pahlawan. apa yang harus kulakukan yh?
belum ada yang kulakukan....
waaaaahhhhhhhhh...kacau..............
mo ngapain yh?
berdoa buat negara, para pahlawan, buat keluarga para pahlawan dan akhirnya
aku harus menyanyikan hymne buat mereka

Syukur
Karangan / Ciptaan : H. Mutahar

Dari yakinku teguh
Hati ikhlasku penuh
Akan karuniamu
Tanah air pusaka
Indonesia merdeka
Syukur aku sembahkan
KehadiratMu Tuhan

Dari yakinku teguh
Cinta ikhlasku penuh
Akan jasa usaha
Pahlawanku yang baka
Indonesia merdeka
Syukur aku hanjukkan
Ke bawah duli tuan

Dari yakinku teguh
Bakti ikhlasku penuh
Akan azas rukunmu
Pandu bangsa yang nyata
Indonesia merdeka
Syukur aku hanjukkan
Kehadapanmu tuan

---

Mengheningkan Cipta
Karangan / Ciptaan : T. Prawit

Dengan seluruh angkasa raya memuji
Pahlawan negara
Nan gugur remaja diribaan bendera
Bela nusa bangsa

Kau kukenang wahai bunga putra bangsa
Harga jasa
Kau Cahya pelita
Bagi Indonesia merdeka

menyaksikan anak-anak itu..........
















KEmarin, Minggu 9 November aku ke kampusku di Jatinangor.
Sudah lama aku ga berkunjung ke kampusku yang baru ini. Sekarang gedung sendiri....
(klo dulu mah statusnya masih pinjaman....gedung kuliah ada juga yang dipinjemin ke fakultas lain..)
Sekarang gedungnya udah bagus, megah di antara hamparan tandus Jatinangor yang sekarang,
setiap lahan dijadikan kos-kosan atau jalan-jalan besar.
Hari itu, aku datang untuk menghadiri acara pelantikan HIMASTA (himpunan Mahasiswa Statistika UNPAD).
Awalnya kami menyambut mereka dengan "ramah" dan berlanjut dengan penuh "kehangatan"
Banyak hal yang bisa kupelajari (selain aku ga ke gereja hari itu....waduh....brarti aku sudah 2 kali tidak ke gereja gara-gara ospek. kemarin dan dulu waktu aku diospek:()
Pelajaran pertama :
1. org membatasi dirinya selalu merasa tidak mampu
2. mengekang kreativitas adalah hal yang paling bodoh
3. merasa diri tidak mampu dan tidak mau berusaha adalah hal yang paling bodoh selanjutnya
Akhir dari kunjunganku ke acara pelantikan itu adalah aku pulang ke jakarta...(ya iyalah).
Maksudnya, akhirnya aku bisa bertemu anak-anak 2008. Suatu kesenangan tersendiri buatku di saat itu. Senang bisa menyaksikan hari itu dan senang bisa bertemu teman-teman lama disana.

memasungku

sabtu kemarin aku baca sisipan hadiah dari sebuah buku "santapan harian"
artikelnya mengingatkanku akan apa yang sering terjadi dalam hidupku. "jatuh bangun"...
Seringkali kita berapi-api dalam satu saat, tapi bebrapa menit bahkan detik kemudian sudah jatuh lagi...
Seingkali kita bersemangat untuk mengatakan :tidak lagi", tapi kemuadian kita malah terjerembab....Apakah itu bentuk kemunafikan manusia? Atau (jika memakai kata yg lebih halus lagi), apakah itu yang membuktikan manusia itu lemah dan rentan akan dosa?
Dalam artikel dalam "santapan harian" itu, pasir hidup menggambarkan jatuh bangun manusia itu. Terlebih aku...Yang selalu gagal dalam berkomitmen dan dalam tekad-tekad...
Aku bagai terjatuh dalam "pasir hidup" dosaku...
Sekali aku terjerambab dalam dosaku, kemudian aku berkomitmen untuk tidak lagi, tapi hasilnya aku semakin tertarik ke dalam jika aku sekali gagal saja.
Semakin aku bergerak untuk lepas, aku semakin ditarik ke dalam....
Apa yang membuat seperti itu?
............................................

count your blessing