Wednesday 30 March 2011

Berapa Idealnya Cicilan Properti Anda?


Mari berhitung. Kira-kira berapa jumlah yang cukup baik untuk cicilan Anda, agar keuangan Anda tetap sehat?

Kalau sudah memiliki keinginan yang sangat besar untuk membeli properti, kita kadang lupa bahwa keuangan kita memiliki batas sehingga terlalu memaksakan diri. Lalu tibalah masa ketika ekonomi sulit hingga kita juga bermasalah dalam melunasi cicilan tersebut. Bagaimana caranya agar bisa terhindar? Salah satunya adalah menghitung cermat cicilan dalam batas ideal umum.

One thing for sure, saya selalu merekomendasikan agar total cicilan per bulan tidak lebih dari 30% penghasilan yang diterima. Tentu saja ada alasan mengapa sampai perlu diberikan batasan tersebut. Beberapa alasan diantaranya adalah:

* Hidup Anda tidak melulu hanya hutang. Bayangkan jika total hutang Anda lebih dari 30%, ini bisa berarti bahwa hidup Anda sebagian besar dikendalikan oleh hutang.
* Bertambahnya porsi hutang tentu saja akan menguras kemampuan kita untuk menyisihkan dan jelas mempengaruhi cash flow. Apalagi jika hutang ini hutang konsumtif yang tidak membuat Anda sejahtera nantinya.
* Ada beberapa jenis hutang yang bunganya bisa berubah sewaktu-waktu. Yang menjadi masalah adalah penghasilan Anda belum tentu akan ikut berubah saat itu juga. Jadi, mengontrol hutang adalah salah satu solusi untuk menghadapi masalah ini.

Banyak orang yang sering bertanya pada saya, apa maksud dari maksimal 30%? Dihitung dari mana? Seperti yang dikatakan di awal, 30% itu total lho. Jadi jangan cuma menghitung satu hutang saja.

Saya coba kasih ilustrasinya. Misalnya, ada seorang keluarga muda dengan penghasilan 5 juta perbulan suami istri. Ini adalah penghasilan tetap, karena memang keduanya bekerja sebagai karyawan. Mereka ingin memiliki rumah sederhana tahun ini. Setelah dihitung-hitung, 30% dari total penghasilan berarti mereka bisa mengusahakan untuk mengambil Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan cicilan 1,5 juta per bulannya. Apa benar? Eits, nanti dulu. Ternyata, suami punya cicilan motor yang belum selesai Rp 500 ribu per bulan. Baru selesai kira-kira dua tahun lagi. Dan ternyata si istri pernah membeli handphone dengan cara mencicil Rp 200 ribu per bulan via kartu kredit, yang baru akan selesai 6 bulan lagi. Kalau begitu berapa sebaiknya nilai cicilan KPR keluarga tersebut? Mari kita hitung:

Maksimal cicilan 30% dari total penghasilan = hutang kartu kredit + hutang motor + hutang KPR.

Dari perhitungan diatas, bisa diketahui bahwa hutang KPR keluarga tersebut sebaiknya tidak lebih dari Rp 800 ribu per bulannya, dan bukan Rp 1,5 juta. Wah, ternyata jumlah ideal cicilan KPRnya jauh lebih kecil dari yang diperkirakan di awal.

Nah, untuk memudahkan perhitungan ini, ada beberapa tips yang dapat dilakukan saat menghitung jumlah cicilan ideal KPR Anda:

1. Catat semua hutang saat ini, termasuk hutang ke orangtua atau teman. Yang perlu dicatat adalah besarnya cicilan masing-masing hutang, sisa waktu untuk mencicil, tipe cicilan dan pemberlakuan bunga.
2. Catat semua rencana pengeluaran yang akan memicu hutang di masa depan dan waktu mulai hutang tersebut.
3. Jumlahkan semua cicilan hutang yang sedang berjalan saat ini. Hitung sisa porsi yang dapat digunakan untuk cicilan KPR.
4. Atur strategi agar pengeluaran hutang masa kini dan yang akan datang agar bisa berjalan secara sinkron. Misalnya: jika ternyata porsi cicilan KPR sangat kecil, coba evaluasi hutang yang sebaiknya diselesaikan dalam waktu cepat, terutama hutang untuk barang-barang konsumtif dan harganya turun. Setelah hutang tersebut dilunasi, Anda bisa menambahkan alokasinya dalam porsi cicilan KPR. Begitu pula ketika ada tambahan penghasilan.
5. Lakukan evaluasi berkala setelah implementasi.

Bagaimanapun seorang manusia tidak pernah terlepas dari kesalahan. Sesempurna apapun rencana dan perhitungan akan selalu memiliki kemungkinan untuk meleset. Karena itu, jangan lupa melakukan evaluasi berkala kondisi keuangan.

Jadi, apakah cicilan hutang dan rencana cicilan Anda saat ini sudah cukup sehat?


Profil Penulis

Safir Senduk adalah seorang Perencana Keuangan yang mendirikan Safir Senduk & Rekan pada awal tahun 1998. Sejak September 1999, ia menulis sejumlah buku yang tergabung dalam Seri Perencanaan Keuangan Keluarga, yang merupakan seri buku pertama di Indonesia dalam bidang perencanaan keuangan. Dan pada tahun 2000, Safir juga menjadi pembicara publik di berbagai seminar, pelatihan dan serta radio. Situs www.perencanakeuangan.com yang dibangunnya, saat ini menjadi situs terlengkap di Indonesia mengenai perencanaan keuangan. (Sumber: www.perencanakeuangan.com)

Sumber : http://www.propertykita.com

Sunday 27 March 2011

Sebuah Semangat yang akan terus


Semangat adalah sebuah hal maya tapi nyata. Sulit mengungkapkan seperti apa tapi jelas-jelas itu ada. Dan semangat itu juga bisa ditularkan ke sekitarnya.

Pada suatu ketika, ternyata semangat itu juga bisa ditanam sejak awal agar bisa dipacu ulang saat sudah tua nanti. Hal ini kadang kita lihat dalam dunia spionase. Sebuah paham dapat ditanam dari awal. Akibatnya hingga tua nanti, paham itu tetap melekat erat di dalam pikiran orang tersebut.

GAMBARU!!! Itu juga ditanam sejak awal pada anak-anak di Jepang. Gambaru—secara populer diterjemahkan sebagai berjuang mati-matian sampai titik darah penghabisan, bekerja hingga batas kemampuan terakhir, atau melakukan sesuatu dengan segala daya dan upaya, bahkan yang terpahit sekalipun, untuk mencapai yang terbaik.

Itulah semangat yang ditanamkan terus menerus pada anak-anak di Jepang, hingga nanti kelak saat mereka dewasa, mereka bisa mengeluarkan semangat itu saat mereka menghadapi saat-saat yang terpahit sekalipun.

Namun, terkadang banyak hal yang bisa kita kritisi dari semangat yang konon katanya menjadi dasar terjadinya Kamikaze dan harakiri di Jepang. Semangat berjuang terus menerus itu penting, tapi untuk suatu kehidupan yang kekal.
Berjuang terus, berlari dan berlomba hingga nanti mahkota kekal sudah menantimu.


GAMBARU!!!
PRAY FOR JAPAN


count your blessing