Wednesday 25 June 2008

Piala yang tak tergapai

Bodoh!!!Tolol!!! Memang kau orang yang munafik
Membantu dan menyemangati orang ...boleh
Lihat dirimu sendiri
”Jangan tangisi aku, tangisilah dirimu sendiri...”
Kapan?Kapan? Kapan kau akan wujudkan kerinduanmu itu
Lagi-lagi kalah...lagi-lagi kalah...
Huh!!!Dasar manusia lemah...
Hanya tinggal sedikit lagi
sebuah hari bisa kau lalui
Malah mencari lobang
untuk menjerumuskan dirimu
Dan akhirnya...piala itu tak kau gapai lagi
Kau sudah punya niat, kau sudah punya hati,
Tapi kenapa sengaja mengalahkan diri
Malah mencari cara untuk kalah...
Dasar kau bodoh!!!
(Keluhan atau pengakuan...aku pun tak tahu)

melindungi dengan berbagi

Hari ini aku menonton sebuah TVC provider telekomunikasi. Iklannya biasa saja dan nyaris garing menurutku,
tapi ada satu yang menggelitik bagiku. Dalam TVC itu, mereka menyanyikan lagu nasional "Dari Sabang sampai Merauke".
Aku jadi teringat dengan kejadian banyaknya kekayaan Indonesia yang diambil atau akan diambil bangsa lain. Pertanyaannya "Mengapa".
"Kok bisa?". Aku melihat salah satu gejalannya dari TVC ini. Bukan dalam upaya mengkritisi TVC ini, tapi ingin melihat jelas
alasan kenapa kekayaan bangsa ini bisa sedemikian renta untuk diambi bangsa lain.
Semuanya masalah menghargai. Proses dan sudut pandang itu sendiri tidak sempit. Sangat luas sehingga bagian menghargai ini sering sekali
menjadi masalah.
Salah satu sisi dari menghargai ini adalah bagaimana menghargai pencipta maupun daerah pencipta. Contoh yang lebih
spesifik adalah lagu. Banyak lagu daerah yang belum dipatenkan menjadi hak kekayaan. Bagaimana melindunginya?
Menyanyikan lagu itu dengan baik dan benar. Proses penghargaan terhadap pencipta sebuah lagu adalah dengan menyanyikan gubahannya
dengan baik dan benar. Dari titik ini, kita akan merasakan apa yang ingin disampaikan penciptanya melalui lagu itu.
Dan proses selanjutnya, kita merasa memiliki lagu itu dan akan melindungi lagu itu.

count your blessing