Sunday 10 October 2010

Jangan dilumpuhkan kesedihan



Kesedihan adalah bagian yang tidak terelakkan dalam hidup. Kita tidak dapat memutuskan untuk tidak bersedih, karena memang "ada waktu untuk menangis" (Pkh. 3:4). Namun kita dapat memutuskan bahwa kesedihan tidak sampai melumpuhkan kita.

Kematian Absalom melahirkan kepedihan yang begitu dalam di hati Daud (18:33). Sedemikian berdukanya Daud sehingga tentaranya yang pulang dari medan perang masuk kota diam-diam, seperti baru saja kalah perang (19:3). Padahal tentara yang menang perang biasanya akan disambut dengan sorak sorai oleh warga kota. Sungguh ironis.

Mengapa Daud begitu sedih? Karena Daud hanya terfokus pada fakta bahwa Absalom, anaknya, mati. Ia tidak melihat sisi lain, yaitu realitas bahwa Absalom adalah pemberontak dan pengkhianat, yang ingin merebut takhta ayahnya sendiri. Daud juga begitu bersedih karena dia tahu bahwa kematian anaknya merupakan bagian dari hukuman Allah terhadap dia karena telah berzinah dengan Batsyeba dan kemudian membunuh suaminya, Uria. Daud tentu masih ingat perkataan nabi Natan, "Pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya" (2Sam. 12:9-10).

Memperhatikan hal itu, Yoab menegur Daud dengan keras, karena kesedihan Daud berarti mempermalukan orang-orang yang telah menyelamatkan nyawanya. Padahal mereka sendiri mempertaruhkan nyawa mereka untuk membela Daud. Teguran Yoab menyadarkan Daud untuk bangkit dari kedukaan (19:8). Daud harus mengendalikan diri karena dia adalah pemimpin. Banyak hal yang harus diatur dan banyak orang yang membutuhkan kepemimpinannya (8).

Bersedih adalah sesuatu yang normal, yang mungkin dialami oleh setiap orang. Namun membiarkan diri dilanda kesedihan dapat melumpuhkan kita sehingga kita kehilangan kesempatan untuk melihat bahwa Allah, di dalam kasih karunia-Nya, berkenan mengangkat kesedihan kita. Ia juga akan mengaruniakan penghiburan yang menguatkan kita.

2 comments:

  1. Doa adalah lagu hati yang membimbing ke arah singgahsana Tuhan meskipun ditingkah oleh suara ribuan orang yang sedang meratap...

    ReplyDelete

count your blessing