Friday 9 April 2010

tuntunlah aku


Pagi ini aku disuguhi dengan pemandangan menarik. Sebuah kota yang dahulunya bukit dan pegunungan sekarang sudah dikeruk dan sekarang sedikit datar. Kenapa sedikit datar karena kontur jalannya masih tetap saja naik turun lembah. Yang duduk di kursi penumpang saja lelah apalagi pengemudinya. Untung aku merasakan bagaimana mengemudi di daerah yang terkenal dengan wisata bahari dan ikan-ikannya.
Sudah cukup tentang kota ini, mari kita kembali ke pemandangan yang indah di padi ini. Aku beri tema "tangan yang mengharap tuntunan dan kerelaan menuntun."

Aku melihat seorang ibu menuntun anaknya. Hal yang biasa...Tentu saja, tapi bagaimana kalau kamu melihat dari atas? (Semoga karena bukan ke"lebay"anku...sesuai dengan kamus sekarang yah aku bisa menangkap rasa yang luar biasa disana.)

Tangan itu ingin dituntun dan dia bukan hanya menuntun tapi juga memandunya. Membimbing dan melindungi hingga sampai anak itu sampai pada tujuannya. Memang tujuan utama si ibu adalah untuk mengantarnya. (Pastilah yah...), tapi bagaimana dia melakukan itu dan karena apa, itulah menjadi titik yang membuatku tertarik. Aku rasakan keinginan dan totalitas si ibu dalam menuntun anak itu. Anak itu hanya tahu dia dituntun ibunya untuk pergi ke sekolah, tapi apa yang ibunya lakukan? Dia tidak hanya menunaikan tugas dan tanggung jawabnya tapi dia beri lebih. Dalam bahasa Marketing itu disebut added value. Ada nilai tambahnya saudara-saudara....Hehe

Inilah yang menjadi refleksiku hari ini. Mungkin dia sudah melakukan dan menunaikan tugasnya, tapi dia memberi benih kekekalan disana. Bagaimana dia sedang merajut relasi yang lebih dalam lagi untuk masa depannya dan keluarganya. Tanpa dia menyadari hal itu, mungkin saja dia tidak menuntun anaknya seperti itu.


Manado, 09 Maret 2010

No comments:

Post a Comment

count your blessing