Di masa
kecil saya, saya senang sekali bermain di sungai. Saya suka dengan keindahan
alam yang ada di sekitarnya dan kesenangan bermain dengan air. Walaupun saya
selalu dilarang untuk bermain di sungai, saya selalu mencuri-curi waktu dan
kesempatan untuk bermain ke sungai bersama dengan teman-teman saya. Entah itu
sepulang sekolah sebelum sampai di rumah ataupun sore hari diam-diam keluar
dari rumah untuk menyempatkan diri ke sana. Kadang sepulang berenang dari
sungai, saya dan teman-teman harus menunggu lama untuk mengeringkan rambut yang
basah karena berenang. Takut ketahuan…
Satu hal yang saya paling gemari
adalah berperang air. Caranya adalah dengan menepuk air dengan sudut kemiringan
tertentu ke arah lawan kita. Ini sangat mengasyikkan karena memang kita
dikondisikan untuk bertempur dan mencari kemenangan. Jika air yang ditepuk
terkena dengan badan, itu sungguh menyakitkan. Apalagi terkena wajah, bahkan
mata. Itu sungguh sangat menyakitkan.
Tapi pernahkah anda menepuknya
dari atas ke bawah? Tidak menepuk menyamping, tapi tegak lurus dengan permukaan
air. Apa hasilnya?
Wajah anda
akan terkena cipratan air itu. Bagaimana dampaknya?

Kadang kita tidak menyadari akan apa yang kita lakukan. Selama itu
menjadi kesenangan, pasti akan terus dilakukan. Tanpa melihat itu berdampak
buat orang lain. Entah itu dampak positif atau dampak negatif. Mungkin ini
makna tersirat lain dari peribahasa itu. Kontrol diri sendiri. Evaluasi itu
ternyata penting. Terutama saat-saat sedang dalam performa prima. Seakan
semuanya tampak lancar dan menyenangkan. Tapi di baliknya ada dampak yang
kurang baik bagi orang lain, kita harus mendeteksinya dari dini.
Menepuk di air dulang hampir mirip rasanya dengan menjilat ludah
sendiri. Tapi ini buntut nantinya jika memang tindakan kita berdampak negatif
bagi orang lain. Jangan sampai menepuk air di dulang, tapi basuhlah muka dengan
air di dulang.
Jakarta,
280920012