Saturday 31 July 2010

सेमुआ बैक




"All is well....all is well"
Sebuah mantra yang diucapkan Rancho dalam film "3 idiot". Menarik sekali mantra ini karena berhasil membuat seorang bayi bergerak aktif menunjukkan tanda kehidupan setelah mengalami proses persalinan yang dramatis. Bukan sekedar itu saja, mantra itu juga dapat membuat perasaan galau menjadi tenang.

Bagian terakhir adalah hal yang sering aku alami dan cukup manusiawi aku pikir. Pernahkah anda merasa khawatir?
Pernahkah anda merasa sesuatu tidak berjalan sesuai dengan rencan anda?
Seakan anda tertekan untuk mencapainya tapi pada akhirnya tidak setitikpun tercapai?

Mungkin pernah atau pasti pernah? AKu tidak bisa menduga tentang bagaimana kisah kalian tapi kisahku pasti pernah. Dan sering sekali terjadi.

Biasanya respon yang kulakukan saat terjadi seperti itu adalah marah. Kemudian kesal. Lagi mulai melakukan sesuatu yang tidak seharusnya kulakukan. Mulai bersumpah serapah...Mulai mendongkol dan bahkan cenderung destruktif.

Tapi apa yang akan terjadi jika mencoba mantra itu? "All is well"...Semua baik...semua baik....
Kekuatan "mantra" ini adalah perasaan berserah penuh. Itu yang menjadi pelajaran berharga buatku dari "mantra" ini. Berserah penuh....Saat kau menyerahkan semuanya dengan penuh, tidak ada lagi dan tidak sepantasnya lagi si kekhawatiran itu hinggap di benakmu. Menyerahkan semuanya berarti semuanya sudah engkau percayakan.

,,,semua baik..semua baik..apa yang tlah Kau perbuat di dalam hidupku,,,

Wednesday 7 July 2010

Bekerja dari hati, dengan hati untuk ....



Do What You LOVE
By : Billy Boen
kick andyInilah topik di buku “Young On Top” yang paling mendapat perhatian dan dibahas diberbagai blog di internet. Ketika menulis buku ini, saya memang berusaha mengurutkan dari mulai apa karakter yang ‘paling mendasar’ yang harus dimiliki seseorang untuk sukses, sampai pada karakter apa yang juga sebaiknya dimiliki seseorang ketika dia mulai mendaki karirnya hingga ke puncak. Namun, tidak terbayangkan bahwa ternyata teori sederhana yang menjadi dasar penulisan chapter pertama buku ini di’iya’kan banyak pihak. Saya percaya bahwa, “Kalau kita suka dengan apa yang kita lakukan, kita akan berusaha semaksimal mungkin; kita ngga akan melihat rintangan sebagai suatu beban, tapi lebih merupakan suatu tantanganan yang akan kita hadapi dengan senang hati”.

Teman saya, Rene Suhardono yang selalu sharing diacara “career coach". Seseorang yang baru saya kenal secara personal di acara Kick Andy Off Air di Universitas Udayana bulan Desember 2009 lalu mengaku bahwa dia suka banget nyanyi. Nugie, begitulah namanya; juga lewat lagunya “Lentera Jiwa” menyampaikan pesan agar kita mencari tahu dan melakukan apa yang kita cintai. Orang tuanya adalah Pegawai Negeri, dan mereka berharap Nugie juga akan mengikuti jejak mereka. Kita semua tahu, Nugie bukan merupakan seorang Pegawai Negeri, tapi dia adalah seorang penyanyi sukses era sekarang ini.

Dari kecil saya sudah tahu mau jadi apa, saya beruntung. Kedua orang tua sayalah yang mengarahkan (bukan memaksakan) saya untuk menjadi saya seperti sekarang ini. Apa passion saya? Hmm,...saya suka brand management; mulai dari menciptakan, membesarkan, dan mempertahankan merek. Saya juga suka memimpin. Jadi, apakah sekarang ini saya di JIM dan Rolling Stone doing what I love? Jawabannya “Ya”.

Saya bertemu ratusan mahasiswa yang rata-rata bertanya, “Bagaimana cara untuk mencari tahu apa passion-nya?” Ada banyak orang yang lebih ahli dari saya untuk menjawab pertanyaan ini, tapi bagi saya simple aja; saya biasanya akan balik bertanya, “Apa makanan yang kamu suka, apa makanan yang kamu ngga suka?” Biasanya mereka yang ditanya demikian akan dengan mudahnya menjawab, “Saya suka masakan Padang, saya ngga suka pete” dan sebagainya.

Kenapa saya tanya demikian? Sebagai manusia, kita memiliki instinct yang akan ngasih tahu kita apa yang kita sukain dan apa yang ngga kita sukain. Instinct sendiri akan berkembang dan terasah dari waktu ke waktu, dari apa yang kita alami. Nah, passion sendiri adalah sebuah kata yang masih dianggap ‘tinggi’, jadi kalau boleh saya ‘rendahkan’ di sini, passion itu sebenarnya = sesuatu yang kita cintai.

Gini deh contoh sederhananya. Misal, waktu kamu SMA, kamu suka ngobrol di kelas, ngga canggung untuk ngomong di depan kelas, ngga takut untuk kenalan sama orang baru, sering berhasil ngajak teman untuk pergi bareng, dan sebagainya. Apa kira-kira jurusan yang bisa kamu ambil di kuliah yang sesuai dengan passion kamu? Mungkin jurusan Manajemen Pemasaran, Manajemen Komunikasi, Hubungan Masyarakat. Apa kira-kira karir yang bisa kamu ambil? Mungkin Sales, Marketing, PR...

Sekali lagi, contoh di atas adalah contoh sederhana. Tapi menurut saya, memang sesederhana itu koq untuk ‘mauin’ apa sebenernya passion kita. Buat kamu yang masih mau cari tahu apa passion kamu, coba deh merenung 5 menit. Tanya ke dirimu, apa yang kamu suka. Dari situ, coba sambungin ke pekerjaan yang kamu tahu; ada Sales, Marketing, Akunting, Penyanyi, Pelukis, Politik, Guru/Dosen, Psikologi, PR, Komunikasi, Keuangan, dll.

Daripada kamu mencoba 1,000 jenis pekerjaan satu per satu untuk mencari tahu kamu ‘cocoknya’ dimana dan buang waktu, mending kamu merenung dan benar-benar cari tahu apa yang kamu sukai dengan menanya ke dirimu sendiri, ukur kemampuan dirimu (kalau kurang mampu, belajar semaksimal mungkin; semakin kita belajar, semakin kita menjadi lebih baik...jadi jangan takut untuk ngga mampu melakukan apa yang kamu sukai), dan...just Do what you love!

Billy Boen
Chief Executive Officer – PT Jakarta International Management
Author & Host Radio Show “Young On Top”
www.twitter.com/youngontop
www.facebook.com/youngontop

count your blessing