Thursday 22 October 2009

Menentukan cinta (bagian 2)

“Cinta yang ditentukan adalah cinta yang tidak pernah buta”. Penggalan ini sebagai jembatan antara cinta yang memang mencari. Dia tidak akan pernah berhenti sampai dia bertemu dengan sesuatu yang menyempurnakan dia. Salah satu penyempurnanya adalah bagian hitam dari sebuah cinta.
“Akh….aku benci dia hari ini. Kenapa dia tak pernah memperhatikanku. Bahkan untuk menghubungikupun tidak. Ah…………..”. Bagian dari “hitam”nya cinta jangan pernah kau lupakan. Sebenarnya bukan hitam, tapi lembaran itu, sulit untuk kucarikan sebuah kata yang memang tepat mewakilinya. Bagian ini tetap ada, walau sebagaimana hebatnya dirimu untuk merasakan indahnya sebuah penentuan cinta itu.
Sakit hati, cemburu, merasa tidak dihargai mungkin ini hanya sebagian kecil dari bagaiman cinta itu terekspresi dengan atau tanpa sadar. Sesuatu yang kontradiksi, tapi seolah-olah dia menyempurnakan. Tapi apa memang itu sebuah proses dalam menyempurnakannya?
…………………………………………………………………………………………………………………
Sambil berpikir dan mencoba merasakan apa pahitnya cinta itu (sekarang aku menukar hitam itu dengan pahit…apa iya cocok?), mungkin kau pernah merasakan beberapa. Tapi apakah itu seolah-olah merusakkan semangat untuk menentukan cintamu? Penentuannya tidak semata-mata berakhir saat hitam pahit itu bercampur sehingga kau tidak dapat memisahkan apa itu hitam dan apa itu pahit. Menentukan antara baik dan buruk itu gampang. Tapi, apakah kau sanggup menentukan di saat pilihan itu hanya ada buruk dan buruk atau baik dan baik.
Proses menentukan itu panjang. Tarik nafas sejenak dan lakukan kembali pengembaraanmu…

Sedang menarik nafas tapi seolah akan menghembuskannya nanti saja,

Sunday 18 October 2009

ditopang

tentu beban tak tanggal
lenyap serta merta
dan beban yang kupikul
tak jatuh segera
kendati demikian
bertambah dayaku
sebab pengasihanNya
menopang hidupku

Saturday 10 October 2009

kemalangan di malang sampai "malang-malang" sambil makan baso malang

"huff...." Mungkin ini bagian dari hembusan nafas (yang tidak tahu panjang atau tidak) setelah aku menginjakkan bandara Djuanda di kota Surabaya. Perjalanan yang tidak seharusnya kulakukan tapi mau tidak mau harus kulakukan.
Aku mendapatkan kosa kata baru mulai Kamis, 8 September 2009 yang lalu. "Rerute". Aku tidak terlalu suka kata itu, tapi gara-gara itu aku harus menambah 2.5 jam perjalananku ke Malang.
Harusnya aku langsung berangkat dari Jakarta langsung ke Malang. TApi karena bandara di Malang sedang rusak (force majeur..bener ga menuliskannya :) ), aku harus terbang ke Surabaya. Trus melanjutkan perjalanan melalui darat ke Malang.
Nah, rerute itu artinya berpindah jalur penerbangan.
Sungguh suatu hal yang diluar dugaan. Memang semuanya ada dalam genggaman TUhan dan aku bersyukur bisa melihat dan merasakan semua itu. Tapi menikmatinya? Nanti dulu.
.......................................
Dengan segala kemarahan yang meluap dan dengan sedikit menahan kantuk, aku harus melewati hari pertamaku menikmati si "rerute" itu di hari Kamis. Bagaimana tidak marah dan kesal, aku tidak dikabari dan tidak ada kompensasi. Sebenarnya sih ga marah-marah amat. Hanya ingin mengetahui apakah prosedural GAruda bisa memuaskan penumpang yang seperti saya. Karena saking kesel bercampur iseng, saya marah beneran...hehe...piss mas CS GAruda :)
JIka saya pulang tanggal 9 hari Jumat, aku bisa terbang langsung ke Jakarta. Tapi karena agendaku pulang tanggal 10, alhasil aku harus menikmati si "rerute" lagi.
Trima kasih buat pelajaran 3 hari ini.
Judulnya seh banyak kata "malang", tapi di atas semuanya aku bisa belajar.
Klo dari dulu teman-teman sekolah dan kampus selalu protes. "Kita belajar teori saja, mana prakteknya?". Kali ini aku belajar teori sekalian praktek dalam suatu waktu yang bersamaan.
Luar biassssssssssaaaaaaaaaaaaaaaa......


10092009
surabaya sehabis turun dari bis dari Malang,

count your blessing