Friday 28 September 2012

Menepuk air di dulang

                Di masa kecil saya, saya senang sekali bermain di sungai. Saya suka dengan keindahan alam yang ada di sekitarnya dan kesenangan bermain dengan air. Walaupun saya selalu dilarang untuk bermain di sungai, saya selalu mencuri-curi waktu dan kesempatan untuk bermain ke sungai bersama dengan teman-teman saya. Entah itu sepulang sekolah sebelum sampai di rumah ataupun sore hari diam-diam keluar dari rumah untuk menyempatkan diri ke sana. Kadang sepulang berenang dari sungai, saya dan teman-teman harus menunggu lama untuk mengeringkan rambut yang basah karena berenang. Takut ketahuan…
                Satu hal yang saya paling gemari adalah berperang air. Caranya adalah dengan menepuk air dengan sudut kemiringan tertentu ke arah lawan kita. Ini sangat mengasyikkan karena memang kita dikondisikan untuk bertempur dan mencari kemenangan. Jika air yang ditepuk terkena dengan badan, itu sungguh menyakitkan. Apalagi terkena wajah, bahkan mata. Itu sungguh sangat menyakitkan.
                Tapi pernahkah anda menepuknya dari atas ke bawah? Tidak menepuk menyamping, tapi tegak lurus dengan permukaan air. Apa hasilnya?
Wajah anda akan terkena cipratan air itu. Bagaimana dampaknya?
Hal ini yang saya pelajari dari sebuah peribahasa “menepuk air di dulang”. Bagaimana tindakan kita akan dikenakan atau berdampak ke kita sendiri. Menanggung derita akibat kelakuan diri sendiri.
Kadang kita tidak menyadari akan apa yang kita lakukan. Selama itu menjadi kesenangan, pasti akan terus dilakukan. Tanpa melihat itu berdampak buat orang lain. Entah itu dampak positif atau dampak negatif. Mungkin ini makna tersirat lain dari peribahasa itu. Kontrol diri sendiri. Evaluasi itu ternyata penting. Terutama saat-saat sedang dalam performa prima. Seakan semuanya tampak lancar dan menyenangkan. Tapi di baliknya ada dampak yang kurang baik bagi orang lain, kita harus mendeteksinya dari dini.
Menepuk di air dulang hampir mirip rasanya dengan menjilat ludah sendiri. Tapi ini buntut nantinya jika memang tindakan kita berdampak negatif bagi orang lain. Jangan sampai menepuk air di dulang, tapi basuhlah muka dengan air di dulang.

Jakarta, 280920012

Wednesday 5 September 2012

tanggung jawab itu membutuhkan integritas dan dedikasi

 Kamis, 6 September 2012

Setelah berjibaku dengan jalanan Jakarta - Bekasi dan menyempatkan diri untuk sarapan, pagi ini aku terbawa dalam alunan kata yang ditulis di http://creatingwebsite-maskolis.blogspot.com/2011/03/dua-manusia-super-di-pinggir-jalan.html  . Sambil duduk di depan PC di kantor, aku dapat artikel ini. Sangat menarik. Walau dengan permainan kata-kata yang didramatisir, aku tetap dengan sadar terbuai dalam setiap kata-kata dalam tulisan itu.

Tak sadar, akupun mulai memasuki tulisan itu. Emosi dalam tulisannya menyatu dalam emosiku pagi ini. Mataku pun mulai berkaca-kaca takkala tulisan ini sampai pada titik mengangkat integritas dan dedikasi dua orang penjaja tissu di jalanan Jakarta ini. Bagaimana tidak terharu, saat mereka membutuhkan uang (sangat membutuhkan uang) mereka masih tetap berpikir atas kepuasan pelanggan, kejujuran dan pelayanan yang maksimal. Amazing !!!

Kejujuran memang tema yang diangkat, tapi aku lebih melihat dedikasi dan integritas. Sekecil apapun tanggung jawab atau pekerjaan yang dibebankan kepadamu, ingatlah, tanggung jawab itu membutuhkan integritas dan dedikasi.


salam,

d'Niel

count your blessing